Cari Blog Ini

Kamis, 28 April 2011

Pembesaran Prostat Jinak


Pembesaran Prostat Jinak


Pembesaran Prostat Jinak (BPH, Benign Prostatic Hyperplasia) adalah pertumbuhan jinak pada kelenjar prostat, yang menyebabkan prostat membesar.

Pembesaran prostat sering terjadi pada pria di atas 50 tahun.
Kelenjar prostat


Penyebabnya tidak diketahui, tetapi mungkin akibat adanya perubahan kadar hormon yang terjadi karena proses penuaan.

Kelenjar prostat mengeliling uretra (saluran yang membawa air kemih keluar dari tubuh), sehingga pertumbuhan pada kelenjar secara bertahap akan mempersempit uretra. Pada akhirnya aliran air kemih mengalami penyumbatan.
Akibatnya, otot-otot pada kandung kemih tumbuh menjadi lebih besar dan lebih kuat untuk mendorong air kemih keluar.

Jika seorang penderita BPH berkemih, kandung kemihnya tidak sepenuhnya kosong.
Air kemih tertahan di dalam kandung kemih, sehingga penderita mudah mengalami infeksi dan membentuk batu.

Penyumbatan jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan pada ginjal.

Pada penderita BPH, pemakaian obat yang mengganggu aliran air kemih (misalnya antihistamin yang dijual bebas) bisa menyebabkan penyumbatan.


Gejala awal timbul jika prostat yang membesar mulai menyumbat aliran air kemih.
Pada mulanya, penderita memiliki kesulitan untuk memulai berkemih. Penderita juga merasakan bahwa proses berkemihnya belum tuntas.

Penderita menjadi lebih sering berkemih pada malam hari (nokturia) dan jika berkemih harus mengedan lebih kuat.
Volume dan kekuatan pancaran berkemih juga menjadi berkurang dan pada akhir berkemih air kemih masih menetes.
Akibatnya kandung kemih terisi penuh sehingga terjadi inkontinensia uri (beser).

Pada saat penderita mengedan untuk berkemih, vena-vena kecil pada uretra dan kandung kemih bisa pecah sehingga pada air kemih terdapat darah.

Penyumbatan total menyebabkan penderita tidak dapat berkemih sehingga penderita merasakan kandung kemihnya penuh dan timbul nyeri hebat di perut bagian bawah.

Jika terjadi infeksi kandung kemih, akan timbul rasa terbakar selama berkemih, juga demam.
Air kemih yang tertahan di kandung kemih juga menyebabkan bertambahnya tekanan pada ginjal, tetapi jarang menyebabkan kerusakan ginjal yang menetap.

Pembesaran prostat jinak


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk merasakan/meraba kelenjar prostat.
Dengan pemeriksaan ini bisa diketahui adanya pembesaran prostat, benjolan keras (menunjukkan kanker) dan nyeri tekan (menunjukkan adanya infeksi).

Biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi ginjal dan untuk penyaringan kanker prostat (mengukur kadar antigen spesifik prostat atau PSA).
Pada penderita BPH, kadar PSA meningkat sekitar 30-50%. Jika terjadi peningkatan kadar PSA, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah penderita juga menderita kanker prostat.

Untuk mengukur jumlah air kemih yang tersisa di dalam kandung kemih setelah penderita berkemih, dilakukan pemasangan kateter atau penderita diminta untuk berkemih ke dalam sebuah uroflometer (alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran air kemih).

Dengan menggunakan USG, bisa diketahui ukuran kelenjar dan ditentukan penyebab terjadinya BPH.
Kadang dilakukan pemeriksaan dengan endoskopi yang dimasukkan melalui uretra untuk mengetahui penyebab lainnya dari penyumbatan aliran air kemih.

Untuk mengetahui adanya penyumbatan aliran air kemih bisa dilakukan pemeriksaan rontgen IVP.
Analisa air kemih dilakukan untuk melihat adanya darah atau infeksi.


Obat-obatan
  1. Alfa 1-blocker
    Contohnya doxazosin, prazosin, tamsulosin dan terazosin.
    Obat-obat tersebut menyebabkan pengenduran (relaksasi) otot-otot pada kandung kemih sehingga penderita lebih mudah berkemih.
  2. Finasterid
    Finasterid menyebabkan berkurangnya kadar hormon prostat sehingga memperkecil ukuran prostat.
    Obat ini juga menyebabkan meningkatnya laju aliran air kemih dan mengurangi gejala. Tetapi diperlukan waktu sekitar 3-6 bulan sampai terjadinya perbaikan yang berarti.
    Efek samping dari Finasterid adalah berkurangnya gairah seksual dan impotensi.
  3. Obat lainnya
    Untuk mengobati prostatitis kronis, yang seringkali menyertai BPH, diberikan antibiotik.

Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan terhadap penderita yang mengalami:
- inkontinensia uri
- hematuria (darah dalam air kemih)
- retensio uri (air kemih tertahan di dalam kandung kemih)
- infeksi saluran kemih berulang.
Pemilihan prosedur pembedahan biasanya tergantung kepada beratnya gejala serta ukuran dan bentuk kelenjar prostat.
  1. TURP (trans-urethral resection of the prostate)
    TURP merupakan pembedahan BPH yang paling sering dilakukan.
    Endoskopi dimasukkan melalui penis (uretra). Keuntungan dari TURP adalah tidak dilakukan sayatan sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi.
    88% penderita yang menjalani TURP mengalami perbaikan yang berlangsung selama 10-15 tahun. Impotensi terjadi pada 13,6% penderita dan 1% penderita mengalami inkontinensia uri.

    Trans-urethral resection of the prostate
  2. TUIP (trans-urethral incision of the prostate)
    TUIP menyerupai TURP, tetapi biasanya dilakukan pada penderita yang memiliki prostat relatif kecil.
    Pada jaringan prostat dibuat sebuah sayatan kecil untuk melebarkan lubang uretra dan lubang pada kandung kemih, sehingga terjadi perbaikan laju aliran air kemih dan gejala berkurang.
    Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan, infeksi, penyempitan uretra dan impotensi.
  3. Prostatektomi terbuka.
    Sebuah sayatan bisa dibuat di perut (melalui struktur di belakang tulang kemaluan/retropubik dan diatas tulang kemaluan/suprapubik) atau di daerah perineum (dasar panggul yang meliputi daerah skrotum sampai anus). Pendekatan melalui perineum saat ini jarangn digunakan lagi karena angka kejadian impotensi setelah pembedahan mencapai 50%.
    Pembedahan ini memerlukan waktu dan biasanya penderita harus dirawat selama 5-10 hari.
    Komplikasi yang mungkin terjadi adalah impotensi (16-32%, tergantung kepada pendekatan pembedahan) dan inkontinensia uri (kurang dari 1%).
Pengobatan lainnya yang efektivitasnya masih dalam penelitian adalah hipertermia, terapi laser dan prostatic stents.

Jika derajat penyumbatannya masih minimal, bisa dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
·  Mandi air panas
·  Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul
·  Melakukan aktivitas seksual (ejakulasi) seperti biasanya
·  Menghindari alkohol
·  Menhindari asupan cairan yang berlebihan (terutama pada malam hari)
·  Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa jam sebelum tidur
·  Penderita BPH sebaiknya menghindari pemakaian obat flu dan sinus yang dijual bebas, yang mengandung dekongestan karena bisa meningkatkan gejala BPH.















Mewaspadai bahaya pembesaran prostat jinak
20/06/2007 - Scientific Medicastore
“Saya merasakan berbagai keluhan akibat gangguan prostat pada tahun 2002. Keluhan-keluhan tersebut seperti sering kencing dan terasa tidak tuntas saat kencing, rasanya ada keinginan untuk kencing lagi tapi air kencingnya sendiri tidak keluar,” ungkap Zainudin. Pria yang kini berusia 65 tahun menambahkan bahwa keluhannya berlangsung selama 2 tahun.

Zainudin pun akhirnya memeriksakan diri dan didiagnosa oleh dokter terkena Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau yang umum dikenal dengan pembesaran prostat jinak (PPJ). Pria usia lanjut (lebih dari 55 tahun) memang harus mewaspadai risiko terkena PPJ.

Penderita PPJ akan mengalami gejala klinis yang sangat mengganggu yaitu sumbatan saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS), yang dibedakan menjadi gejala sumbatan (obstruksi) dan iritasi.

Obstruksi antara lain, pancaran kencing melemah hingga tidak dapat kencing sama sekali, buang air kecil harus mengedan, kencing yang terputus-putus, sedangkan gejala iritasi antara lain sering kencing, kencing malam hari lebih dari 2 kali sampai kencing sukar ditahan.

Menurut data di Amerika, lebih dari 50% pria yang berusia di atas 45 tahun dan 90% pria berusia di atas 55 tahun mengalami masalah berkaitan dengan prostat. Berdasarkan hasil otopsi, 20% penderita PPJ terjadi pada 41-50 tahun, 50% pada usia 51-60 tahun dan lebih dari 90% pada usia 80 tahun.


Lebih Lanjut Tentang PPJ

Prostat adalah suatu organ kelamin pada pria berupa kelenjar yang terletak di bawah kantung kencing. Besarnya kira-kira sebesar buah kenari dan beratnya pada pria normal lebih kurang 20 gram. Fungsi kelenjar prostat sendiri adalah sebagai penghasil cairan semen (air mani) yang menjaga sperma agar tetap hidup.

Penyebab pembesaran dan faktor risiko PPJ hingga saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti. Namun, secara umum, terdapat dua faktor utama yang menyebabkan hal ini, yaitu bertambahnya usia, genetik, ras, lingkungan dan merokok merupakan faktor risiko PPJ.

"Tidak perlu khawatir karena saat ini ada 3 macam pengobatan yang dapat dilakukan bagi penderita PPJ," jelas dr. Johan R Wibowo, SpU dalam media edukasi 31 Mei 2007 di Hotel Le Meridien silam.

Pertama, dengan obat-obatan sambil menunggu (watchfull waiting) dilakukan dengan observasi secara berkala setiap 3 bulan. Biasanya pilihan pengobatan ini dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan.

Kedua, disebut pengobatan invasif (pembedahan) untuk PPJ ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi jaringan prostat. Cara operasi yang dikenal dan sering dilakukan di Indonesia adalah dengan cara operasi terbuka (open prostatectomy) atau dengan cara endoskopi yang sering disebut dengan TransUrethal Resection of The Prostate (TUR-P).

Terakhir, pengobatan minimal invasif (tanpa operasi), yaitu TUNA terapi, yang mulai diperkenalkan di dunia sejak tahun 1994. Melalui saluran kencing pada alat kelamin pria, jaringan prostat akan disuntik dengan jarum dan peralatan TUNA ini akan memancarkan gelombang radio berfrekuensi rendah yang menghasilkan energi panas langsung ke prostat.

Energi dan gelombang radio ini akan menghancurkan bagian prostat yang membesar agar saluran kencing terbuka kembali, sehingga pancaran kencing akan kembali normal.Pengobatan yang hanya berlangsung sekitar 30 menit ini dapat dilakukan di poliklinik khusus atau rumah sakit.

Terapi TUNA ini hanya memakai bius lokal yaitu berupa jelly yang dimasukkan ke dalam saluran kencing dan obat penghilang rasa sakit, jika pasien tidak dapat dilakukan pembiusan akibat penyakit—penyakit berat yang dideritanya.


Terapi Efektif Untuk PPJ

Upaya mengatasi PPJ terus dikembangkan dalam dunia kedokteran terutama ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dibandingkan dengan terapi yang tersedia sebelumnya, teknologi minimal invasif yang dikembangkan saat ini lebih efektif dalam menanggulangi PPJ.


“Salah satu terapi jenis ini, yaitu TUNA (TransUrethal Needle Ablation), terbukti efektif dalam mengurangi gejala, mengecilkan volume prostat, dan meningkatkan kualitas hidup,” ungkap dr. Johan R Wibowo, SpU yang menyelesaikan pendidikan spesialis bedah urologi UI tahun 2004 lalu.

Teknologi minimal invasif TUNA yang telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 2000 dapat diberikan kepada pasien yang bergantung pada obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi terhadap pembedahan, misalnya riwayat penyakit jantung, riwayat operasi by-pass jantung, riwayat stroke dan lain-lain.

Jika dibandingkan dari ketiga jenis pengobatan pada pembesaran prostat jinak di atas, TUNA terapi merupakan pengobatan paling efektif karena tidak memerlukan operasi, aman untuk penderita jantung, paru-paru dan stroke, efektif, memiliki efek samping yang sangat kecil, tidak ada retrogade ejaculation (air mani yang tidak memancar keluar tetapi memancar ke dalam kandung kencing), impotensi dan ngompol.

Tindakan minimal invasif ini dirancang untuk dapat digunakan di klinik atau rumah sakit dengan waktu pengobatan dan pemulihan singkat (biasanya hanya 24 jam setelah pengobatan dilakukan).

Zainudin pun kemudian ditangani menggunakan terapi TUNA. Setelah dilakukan penanganan dengan TUNA, Zainudin sempat mengalami sedikit gangguan atau terasa perih saat kencing karena adanya residu atau gumpalan darah. Namun, setelah dilakukan kateterisasi oleh dokter masalah tersebut hilang.

Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, dr. Johan R Wibowo, Sp U yang berpraktek di RS Omni Medical Center berpesan agar pasca terapi TUNA, penderita tidak boleh mengangkat beban yang berat, jangan naik tangga dan jangan mengedan saat BAB (buang air besar).


Deteksi Dini PPJ

PPJ adalah proses alami yang normal terjadi pada pria seiring bertambahnya usia akibat pengaruh hormon testosteron. PPJ dapat mengganggu karena dekat dengan saluran kencing sehingga menekan saluran kencing. Sayangnya, PPJ tidak bisa dicegah. Namun, dr. Johan Wibowo, SpU yang mendapat penghargaan Asia Pasific Medtronic Neurogical Japan, menyarankan agar pria berusia lebih dari 40 tahun untuk melakukan medical check up untuk PPJ yaitu Prostate Spesific Antigen (PSA) dan Uroflowmetry.
















Pria dan ancaman kanker prostat
01/08/2008 - nita-medicastore.com
Prostat adalah kelenjar sebesar buah kenari yang letaknya tepat di bawah kandung kemih dan hanya ada pada kaum pria. Prostat adalah penghasil sebagian besar cairan di dalam air mani (semen) yang menjaga sperma agar tetap hidup.

Kelenjar prostat mulai berkembang sebelum bayi lahir dan akan terus berkembang hingga mencapai usia dewasa. Perkembangan prostat dipengaruhi oleh hormon seks pria, yaitu androgen. Hormon androgen yang utama adalah testosteron.
Seiring dengan meningkatnya usia, testosteron akan menyebabkan prostat secara perlahan membesar. Prostat yang membesar tersebut dapat menghambat aliran air seni melewati uretra (pembuluh yang membawa air seni dari kandung kemih), sehingga mempersulit atau memperlambat keluarnya air seni sewaktu buang air kecil. Kondisi ini disebut pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH), namun pembesaran prostat jinak bukanlah kanker.

Disebut sebagai kanker prostat jika sel-sel kelenjar prostat berkembang secara abnormal tidak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan di sekitarnya. Menurut American Cancer Society, pada umumnya, kanker prostat berkembang dengan perlahan. Berdasarkan hasil otopsi di Amerika, pria usia lanjut yang meninggal karena suatu penyakit, ternyata juga menderita kanker prostat tetapi mereka tidak menyadarinya. Dalam studi ini juga dijelaskan sekitar 70-90% penderita kanker prostat tersebut berusia 80 tahun.


Gejala Tidak Khas

Kanker prostat tidak memberikan gejala yang khas pada stadium awal. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya kasus kanker prostat yang tidak terdeteksi hingga kanker tersebut menyebar (metastasis) di luar prostat. Gejala yang timbul tergantung dari stadium kanker dan sejauh mana kanker prostat telah menyebar.

Gejala awal kanker prostat yakni muncul keluhan berkemih (kencing) yang disebabkan kanker telah menekan kandung kemih atau uretra. Namun keluhan berkemih ini juga banyak ditemui pada penyakit terkait prostat lainnya, seperti pembesaran prostat jinak dan infeksi prostat (prosatitis). Sehingga untuk membedakan antara kanker prostat, pembesaran prostat jinak dan infeksi prostat diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Keluhan berkemih yang muncul seperti sering kencing dengan pancaran air seni melemah dan sering tidak tuntas. Adanya kanker pada prostat dapat menyebabkan darah keluar di urin atau air mani (semen). Kanker prostat yang telah menyebar ke kelenjar getah bening di panggul dapat menyebabkan kaki bengkak dan rasa tidak nyaman di daerah panggul. Sementara kanker prostat stadium lanjut yang telah menyebar ke tulang akan menimbulkan rasa sakit pada tulang yang tidak kunjung hilang, patah tulang, dan tekanan pada tulang belakang.


Kenali Faktor Risiko

Penyebab kanker prostat masihlah belum jelas. Namun penelitian telah menemukan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat. Dengan mengetahui faktor risiko dapat membantu menentukan kapan sebaiknya Anda melakukan skrining kanker prostat. Faktor risiko tersebut diantaranya adalah:
  • Usia
    Merupakan faktor risiko terbesar kanker prostat. Kanker prostat jarang terjadi pada pria di bawah 40 tahun, namun risiko kanker prostat akan meningkat setelah usia 50 tahun. Dua dari tiga kasus kanker prostat ditemukan pada pria usia 65 tahun.
  • Ras/etnis
    Orang berkulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat dibandingkan orang berkulit putih.
  • Riwayat keluarga
    Jika ayah atau saudara laki-laki Anda menderita kanker prostat, maka risiko Anda akan meningkat lebih dari dua kali lipat. Risiko akan semakin tinggi jika Anda memiliki kerabat yang terdiagnosa kanker prostat di bawah 65 tahun.
  • Diet
    Diet tinggi lemak dan obesitas (kegemukan) akan meningkatkan risiko kanker prostat. Teorinya, lemak akan meningkatkan produksi hormon testosteron yang akan membantu perkembangan sel kanker prostat.

Pentingnya Deteksi Dini

Oleh karena penyebab kanker prostat belum diketahui secara jelas, pencegahan terhadap kanker prostat saat ini belum sepenuhnya dapat dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan deteksi dini kanker prostat sehingga akibat yang fatal dapat dihindari.

American Cancer Society menyarankan pemeriksaan kanker prostat setiap tahun bagi pria di atas usia 50 tahun, pria yang paling sedikit masih mempunyai harapan hidup sekurang-kurangnya 10 tahun, dan pria muda yang memiliki risiko tinggi kanker prostat. Jika Anda berkulit hitam dan memiliki riwayat keluarga dengan kanker prostat, maka Anda dapat mulai melakukan pemeriksaan saat usia 45 tahun.

Pemeriksaan tahunan dapat mendeteksi kanker prostat secara dini, sehingga lebih mudah untuk melakukan pengobatan. Jika ditemukan lebih dini, kanker prostat dapat sembuh. Di sinilah pentingnya deteksi dini kanker prostat. Pemeriksaan ini mencakup pemeriksaan colok dubur dan tes PSA.
  • Pemeriksaan colok dubur (Digital Rectal Examination/DRE)
    Dengan menggunakan sarung tangan, dan jari yang diberi pelumas, dokter akan memeriksa prostat anda, apakah membesar dan ada benjolan. Prosedur pemeriksaan colok dubur ini mungkin menimbulkan rasa tidak enak sedikit, namun ini merupakan pemeriksaan yang cepat dan mudah.
  • Tes PSA (Prostate-Specific Antigen/antigen khusus prostat)
    Tes darah ini bertujuan untuk mengukur kadar protein yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat. Bila kadarnya tinggi mengindikasikan kanker prostat. Namun peningkatan kadar PSA kadang juga dapat disebabkan oleh pembesaran prostat, infeksi atau peradangan prostat.
Jika nilai tes PSA anda tinggi, maka dokter akan menyarankan melakukan biopsi prostat untuk mengetahui apakah Anda benar menderita kanker prostat. Biopsi prostat dilakukan untuk mendapatkan sampel jaringan prostat yang kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk mendeteksi ada tidaknya sel kanker. Pemeriksaan ultrasonik (transrectal ultrasound) merupakan cara lain untuk mendeteksi kanker prostat.


Terapi yang Dapat Dipilih

Ada beberapa pilihan terapi kanker prostat. Pada beberapa pria, kombinasi terapi, misalnya pembedahan diikuti dengan radiasi atau radiasi dikombinasikan dengan terapi hormon, memberikan hasil yang baik. Terapi terbaik untuk tiap pria penderita kanker prostat dapat saja berbeda, tergantung dari seberapa cepat kanker menyebar, usia, dan harapan hidup. Di samping itu, keunggulan dan potensi efek samping terapi perlu juga dipertimbangkan.

Pilihan terapi penanganan kanker prostat diantaranya:
  • Watchful waiting
    Diperlukan tes PSA, pemeriksaan colok dubur, dan biopsi prostat rutin untuk memonitor perkembangan kanker prostat. Selama dilakukan watchful waiting, tidak diberikan terapi medis apapun. Watchful waiting merupakan pilihan jika kanker Anda tidak memperlihatkan gejala, diharapkan berkembang dengan sangat lambat, kanker berukuran kecil dan hanya terdapat di satu area prostat.
  • Radiasi
    Dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Kekurangannya, terapi ini dapat juga mempengaruhi jaringan sehat yang lain.
  • Terapi hormonal
    Terapi hormon dimaksudkan untuk mencegah tubuh memproduksi hormon seks pria, yakni testosteron yang dapat menstimulasi perkembangan sel kanker prostat. Terapi hormonal banyak digunakan pada kanker prostat stadium lanjut untuk memperkecil ukuran kanker dan memperlambat perkembangan kanker.
  • Pengangkatan kelenjar prostat
    Pengangkatan kelenjar prostat melalui pembedahan (prostatektomi radikal) dilakukan untuk kanker yang masih terbatas pada kelenjar prostat saja.
  • Kemoterapi
    Kemoterapi menggunakan bahan kimia untuk mencegah perkembangan sel-sel kanker. Kemoterapi digunakan pada kasus kanker prostat yang telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Bagi pria yang telah dijatuhi vonis kanker prosat, ini merupakan hal yang menakutkan. Kanker prostat tidak hanya akan mempengaruhi kualitas hidup mereka, namun juga karena terapi yang dilakukan dapat mengakibatkan efek samping seperti masalah kontrol berkemih (mengompol) dan yang paling menakutkan pria adalah disfungsi ereksi (impotensi).

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko Anda terkena kanker prostat, diantaranya:
  • Kurangi konsumsi lemak
    Diet tinggi lemak diketahui terkait dengan kanker prostat. Jadi, batasi konsumsi lemak anda dan mulailah perbanyak konsumsi buah, sayur, dan serat yang dapat membantu menurunkan risiko kanker prostat.
  • Berolahraga dengan teratur
    Secara umum, berolah raga dengan teratur dapat menurunkan risiko terkena kanker, termasuk kanker prostat. Olah raga terbukti memperkuat sistem daya tahan tubuh, memperbaiki sirkulasi darah, dan mencegah obesitas.

Pembesaran Prostat Jinak


Pembesaran Prostat Jinak (BPH, Benign Prostatic Hyperplasia) adalah pertumbuhan jinak pada kelenjar prostat, yang menyebabkan prostat membesar.

Pembesaran prostat sering terjadi pada pria di atas 50 tahun.

Kelenjar prostat


Penyebabnya tidak diketahui, tetapi mungkin akibat adanya perubahan kadar hormon yang terjadi karena proses penuaan.

Kelenjar prostat mengeliling uretra (saluran yang membawa air kemih keluar dari tubuh), sehingga pertumbuhan pada kelenjar secara bertahap akan mempersempit uretra. Pada akhirnya aliran air kemih mengalami penyumbatan.
Akibatnya, otot-otot pada kandung kemih tumbuh menjadi lebih besar dan lebih kuat untuk mendorong air kemih keluar.

Jika seorang penderita BPH berkemih, kandung kemihnya tidak sepenuhnya kosong.
Air kemih tertahan di dalam kandung kemih, sehingga penderita mudah mengalami infeksi dan membentuk batu.

Penyumbatan jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan pada ginjal.

Pada penderita BPH, pemakaian obat yang mengganggu aliran air kemih (misalnya antihistamin yang dijual bebas) bisa menyebabkan penyumbatan.


Gejala awal timbul jika prostat yang membesar mulai menyumbat aliran air kemih.
Pada mulanya, penderita memiliki kesulitan untuk memulai berkemih. Penderita juga merasakan bahwa proses berkemihnya belum tuntas.

Penderita menjadi lebih sering berkemih pada malam hari (nokturia) dan jika berkemih harus mengedan lebih kuat.
Volume dan kekuatan pancaran berkemih juga menjadi berkurang dan pada akhir berkemih air kemih masih menetes.
Akibatnya kandung kemih terisi penuh sehingga terjadi inkontinensia uri (beser).

Pada saat penderita mengedan untuk berkemih, vena-vena kecil pada uretra dan kandung kemih bisa pecah sehingga pada air kemih terdapat darah.

Penyumbatan total menyebabkan penderita tidak dapat berkemih sehingga penderita merasakan kandung kemihnya penuh dan timbul nyeri hebat di perut bagian bawah.

Jika terjadi infeksi kandung kemih, akan timbul rasa terbakar selama berkemih, juga demam.
Air kemih yang tertahan di kandung kemih juga menyebabkan bertambahnya tekanan pada ginjal, tetapi jarang menyebabkan kerusakan ginjal yang menetap.

Pembesaran prostat jinak


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk merasakan/meraba kelenjar prostat.
Dengan pemeriksaan ini bisa diketahui adanya pembesaran prostat, benjolan keras (menunjukkan kanker) dan nyeri tekan (menunjukkan adanya infeksi).

Biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui fungsi ginjal dan untuk penyaringan kanker prostat (mengukur kadar antigen spesifik prostat atau PSA).
Pada penderita BPH, kadar PSA meningkat sekitar 30-50%. Jika terjadi peningkatan kadar PSA, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah penderita juga menderita kanker prostat.

Untuk mengukur jumlah air kemih yang tersisa di dalam kandung kemih setelah penderita berkemih, dilakukan pemasangan kateter atau penderita diminta untuk berkemih ke dalam sebuah uroflometer (alat yang digunakan untuk mengukur laju aliran air kemih).

Dengan menggunakan USG, bisa diketahui ukuran kelenjar dan ditentukan penyebab terjadinya BPH.
Kadang dilakukan pemeriksaan dengan endoskopi yang dimasukkan melalui uretra untuk mengetahui penyebab lainnya dari penyumbatan aliran air kemih.

Untuk mengetahui adanya penyumbatan aliran air kemih bisa dilakukan pemeriksaan rontgen IVP.
Analisa air kemih dilakukan untuk melihat adanya darah atau infeksi.


Obat-obatan
  1. Alfa 1-blocker
    Contohnya doxazosin, prazosin, tamsulosin dan terazosin.
    Obat-obat tersebut menyebabkan pengenduran (relaksasi) otot-otot pada kandung kemih sehingga penderita lebih mudah berkemih.
  2. Finasterid
    Finasterid menyebabkan berkurangnya kadar hormon prostat sehingga memperkecil ukuran prostat.
    Obat ini juga menyebabkan meningkatnya laju aliran air kemih dan mengurangi gejala. Tetapi diperlukan waktu sekitar 3-6 bulan sampai terjadinya perbaikan yang berarti.
    Efek samping dari Finasterid adalah berkurangnya gairah seksual dan impotensi.
  3. Obat lainnya
    Untuk mengobati prostatitis kronis, yang seringkali menyertai BPH, diberikan antibiotik.

Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan terhadap penderita yang mengalami:
- inkontinensia uri
- hematuria (darah dalam air kemih)
- retensio uri (air kemih tertahan di dalam kandung kemih)
- infeksi saluran kemih berulang.
Pemilihan prosedur pembedahan biasanya tergantung kepada beratnya gejala serta ukuran dan bentuk kelenjar prostat.
  1. TURP (trans-urethral resection of the prostate)
    TURP merupakan pembedahan BPH yang paling sering dilakukan.
    Endoskopi dimasukkan melalui penis (uretra). Keuntungan dari TURP adalah tidak dilakukan sayatan sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi.
    88% penderita yang menjalani TURP mengalami perbaikan yang berlangsung selama 10-15 tahun. Impotensi terjadi pada 13,6% penderita dan 1% penderita mengalami inkontinensia uri.

    Trans-urethral resection of the prostate
  2. TUIP (trans-urethral incision of the prostate)
    TUIP menyerupai TURP, tetapi biasanya dilakukan pada penderita yang memiliki prostat relatif kecil.
    Pada jaringan prostat dibuat sebuah sayatan kecil untuk melebarkan lubang uretra dan lubang pada kandung kemih, sehingga terjadi perbaikan laju aliran air kemih dan gejala berkurang.
    Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan, infeksi, penyempitan uretra dan impotensi.
  3. Prostatektomi terbuka.
    Sebuah sayatan bisa dibuat di perut (melalui struktur di belakang tulang kemaluan/retropubik dan diatas tulang kemaluan/suprapubik) atau di daerah perineum (dasar panggul yang meliputi daerah skrotum sampai anus). Pendekatan melalui perineum saat ini jarangn digunakan lagi karena angka kejadian impotensi setelah pembedahan mencapai 50%.
    Pembedahan ini memerlukan waktu dan biasanya penderita harus dirawat selama 5-10 hari.
    Komplikasi yang mungkin terjadi adalah impotensi (16-32%, tergantung kepada pendekatan pembedahan) dan inkontinensia uri (kurang dari 1%).
Pengobatan lainnya yang efektivitasnya masih dalam penelitian adalah hipertermia, terapi laser dan prostatic stents.

Jika derajat penyumbatannya masih minimal, bisa dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
·  Mandi air panas
·  Segera berkemih pada saat keinginan untuk berkemih muncul
·  Melakukan aktivitas seksual (ejakulasi) seperti biasanya
·  Menghindari alkohol
·  Menhindari asupan cairan yang berlebihan (terutama pada malam hari)
·  Untuk mengurangi nokturia, sebaiknya kurangi asupan cairan beberapa jam sebelum tidur
·  Penderita BPH sebaiknya menghindari pemakaian obat flu dan sinus yang dijual bebas, yang mengandung dekongestan karena bisa meningkatkan gejala BPH.















Mewaspadai bahaya pembesaran prostat jinak
20/06/2007 - Scientific Medicastore
“Saya merasakan berbagai keluhan akibat gangguan prostat pada tahun 2002. Keluhan-keluhan tersebut seperti sering kencing dan terasa tidak tuntas saat kencing, rasanya ada keinginan untuk kencing lagi tapi air kencingnya sendiri tidak keluar,” ungkap Zainudin. Pria yang kini berusia 65 tahun menambahkan bahwa keluhannya berlangsung selama 2 tahun.

Zainudin pun akhirnya memeriksakan diri dan didiagnosa oleh dokter terkena Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau yang umum dikenal dengan pembesaran prostat jinak (PPJ). Pria usia lanjut (lebih dari 55 tahun) memang harus mewaspadai risiko terkena PPJ.

Penderita PPJ akan mengalami gejala klinis yang sangat mengganggu yaitu sumbatan saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS), yang dibedakan menjadi gejala sumbatan (obstruksi) dan iritasi.

Obstruksi antara lain, pancaran kencing melemah hingga tidak dapat kencing sama sekali, buang air kecil harus mengedan, kencing yang terputus-putus, sedangkan gejala iritasi antara lain sering kencing, kencing malam hari lebih dari 2 kali sampai kencing sukar ditahan.

Menurut data di Amerika, lebih dari 50% pria yang berusia di atas 45 tahun dan 90% pria berusia di atas 55 tahun mengalami masalah berkaitan dengan prostat. Berdasarkan hasil otopsi, 20% penderita PPJ terjadi pada 41-50 tahun, 50% pada usia 51-60 tahun dan lebih dari 90% pada usia 80 tahun.


Lebih Lanjut Tentang PPJ

Prostat adalah suatu organ kelamin pada pria berupa kelenjar yang terletak di bawah kantung kencing. Besarnya kira-kira sebesar buah kenari dan beratnya pada pria normal lebih kurang 20 gram. Fungsi kelenjar prostat sendiri adalah sebagai penghasil cairan semen (air mani) yang menjaga sperma agar tetap hidup.

Penyebab pembesaran dan faktor risiko PPJ hingga saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti. Namun, secara umum, terdapat dua faktor utama yang menyebabkan hal ini, yaitu bertambahnya usia, genetik, ras, lingkungan dan merokok merupakan faktor risiko PPJ.

"Tidak perlu khawatir karena saat ini ada 3 macam pengobatan yang dapat dilakukan bagi penderita PPJ," jelas dr. Johan R Wibowo, SpU dalam media edukasi 31 Mei 2007 di Hotel Le Meridien silam.

Pertama, dengan obat-obatan sambil menunggu (watchfull waiting) dilakukan dengan observasi secara berkala setiap 3 bulan. Biasanya pilihan pengobatan ini dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan.

Kedua, disebut pengobatan invasif (pembedahan) untuk PPJ ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi jaringan prostat. Cara operasi yang dikenal dan sering dilakukan di Indonesia adalah dengan cara operasi terbuka (open prostatectomy) atau dengan cara endoskopi yang sering disebut dengan TransUrethal Resection of The Prostate (TUR-P).

Terakhir, pengobatan minimal invasif (tanpa operasi), yaitu TUNA terapi, yang mulai diperkenalkan di dunia sejak tahun 1994. Melalui saluran kencing pada alat kelamin pria, jaringan prostat akan disuntik dengan jarum dan peralatan TUNA ini akan memancarkan gelombang radio berfrekuensi rendah yang menghasilkan energi panas langsung ke prostat.

Energi dan gelombang radio ini akan menghancurkan bagian prostat yang membesar agar saluran kencing terbuka kembali, sehingga pancaran kencing akan kembali normal.Pengobatan yang hanya berlangsung sekitar 30 menit ini dapat dilakukan di poliklinik khusus atau rumah sakit.

Terapi TUNA ini hanya memakai bius lokal yaitu berupa jelly yang dimasukkan ke dalam saluran kencing dan obat penghilang rasa sakit, jika pasien tidak dapat dilakukan pembiusan akibat penyakit—penyakit berat yang dideritanya.


Terapi Efektif Untuk PPJ

Upaya mengatasi PPJ terus dikembangkan dalam dunia kedokteran terutama ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dibandingkan dengan terapi yang tersedia sebelumnya, teknologi minimal invasif yang dikembangkan saat ini lebih efektif dalam menanggulangi PPJ.
dr. Johan Wibowo, SpU
“Salah satu terapi jenis ini, yaitu TUNA (TransUrethal Needle Ablation), terbukti efektif dalam mengurangi gejala, mengecilkan volume prostat, dan meningkatkan kualitas hidup,” ungkap dr. Johan R Wibowo, SpU yang menyelesaikan pendidikan spesialis bedah urologi UI tahun 2004 lalu.

Teknologi minimal invasif TUNA yang telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 2000 dapat diberikan kepada pasien yang bergantung pada obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi terhadap pembedahan, misalnya riwayat penyakit jantung, riwayat operasi by-pass jantung, riwayat stroke dan lain-lain.

Jika dibandingkan dari ketiga jenis pengobatan pada pembesaran prostat jinak di atas, TUNA terapi merupakan pengobatan paling efektif karena tidak memerlukan operasi, aman untuk penderita jantung, paru-paru dan stroke, efektif, memiliki efek samping yang sangat kecil, tidak ada retrogade ejaculation (air mani yang tidak memancar keluar tetapi memancar ke dalam kandung kencing), impotensi dan ngompol.

Tindakan minimal invasif ini dirancang untuk dapat digunakan di klinik atau rumah sakit dengan waktu pengobatan dan pemulihan singkat (biasanya hanya 24 jam setelah pengobatan dilakukan).

Zainudin pun kemudian ditangani menggunakan terapi TUNA. Setelah dilakukan penanganan dengan TUNA, Zainudin sempat mengalami sedikit gangguan atau terasa perih saat kencing karena adanya residu atau gumpalan darah. Namun, setelah dilakukan kateterisasi oleh dokter masalah tersebut hilang.

Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, dr. Johan R Wibowo, Sp U yang berpraktek di RS Omni Medical Center berpesan agar pasca terapi TUNA, penderita tidak boleh mengangkat beban yang berat, jangan naik tangga dan jangan mengedan saat BAB (buang air besar).


Deteksi Dini PPJ

PPJ adalah proses alami yang normal terjadi pada pria seiring bertambahnya usia akibat pengaruh hormon testosteron. PPJ dapat mengganggu karena dekat dengan saluran kencing sehingga menekan saluran kencing. Sayangnya, PPJ tidak bisa dicegah. Namun, dr. Johan Wibowo, SpU yang mendapat penghargaan Asia Pasific Medtronic Neurogical Japan, menyarankan agar pria berusia lebih dari 40 tahun untuk melakukan medical check up untuk PPJ yaitu Prostate Spesific Antigen (PSA) dan Uroflowmetry.
















Pria dan ancaman kanker prostat
01/08/2008 - nita-medicastore.com
Prostat adalah kelenjar sebesar buah kenari yang letaknya tepat di bawah kandung kemih dan hanya ada pada kaum pria. Prostat adalah penghasil sebagian besar cairan di dalam air mani (semen) yang menjaga sperma agar tetap hidup.

Kelenjar prostat mulai berkembang sebelum bayi lahir dan akan terus berkembang hingga mencapai usia dewasa. Perkembangan prostat dipengaruhi oleh hormon seks pria, yaitu androgen. Hormon androgen yang utama adalah testosteron.
Seiring dengan meningkatnya usia, testosteron akan menyebabkan prostat secara perlahan membesar. Prostat yang membesar tersebut dapat menghambat aliran air seni melewati uretra (pembuluh yang membawa air seni dari kandung kemih), sehingga mempersulit atau memperlambat keluarnya air seni sewaktu buang air kecil. Kondisi ini disebut pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH), namun pembesaran prostat jinak bukanlah kanker.

Disebut sebagai kanker prostat jika sel-sel kelenjar prostat berkembang secara abnormal tidak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan di sekitarnya. Menurut American Cancer Society, pada umumnya, kanker prostat berkembang dengan perlahan. Berdasarkan hasil otopsi di Amerika, pria usia lanjut yang meninggal karena suatu penyakit, ternyata juga menderita kanker prostat tetapi mereka tidak menyadarinya. Dalam studi ini juga dijelaskan sekitar 70-90% penderita kanker prostat tersebut berusia 80 tahun.


Gejala Tidak Khas

Kanker prostat tidak memberikan gejala yang khas pada stadium awal. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya kasus kanker prostat yang tidak terdeteksi hingga kanker tersebut menyebar (metastasis) di luar prostat. Gejala yang timbul tergantung dari stadium kanker dan sejauh mana kanker prostat telah menyebar.

Gejala awal kanker prostat yakni muncul keluhan berkemih (kencing) yang disebabkan kanker telah menekan kandung kemih atau uretra. Namun keluhan berkemih ini juga banyak ditemui pada penyakit terkait prostat lainnya, seperti pembesaran prostat jinak dan infeksi prostat (prosatitis). Sehingga untuk membedakan antara kanker prostat, pembesaran prostat jinak dan infeksi prostat diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Keluhan berkemih yang muncul seperti sering kencing dengan pancaran air seni melemah dan sering tidak tuntas. Adanya kanker pada prostat dapat menyebabkan darah keluar di urin atau air mani (semen). Kanker prostat yang telah menyebar ke kelenjar getah bening di panggul dapat menyebabkan kaki bengkak dan rasa tidak nyaman di daerah panggul. Sementara kanker prostat stadium lanjut yang telah menyebar ke tulang akan menimbulkan rasa sakit pada tulang yang tidak kunjung hilang, patah tulang, dan tekanan pada tulang belakang.


Kenali Faktor Risiko

Penyebab kanker prostat masihlah belum jelas. Namun penelitian telah menemukan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat. Dengan mengetahui faktor risiko dapat membantu menentukan kapan sebaiknya Anda melakukan skrining kanker prostat. Faktor risiko tersebut diantaranya adalah:
  • Usia
    Merupakan faktor risiko terbesar kanker prostat. Kanker prostat jarang terjadi pada pria di bawah 40 tahun, namun risiko kanker prostat akan meningkat setelah usia 50 tahun. Dua dari tiga kasus kanker prostat ditemukan pada pria usia 65 tahun.
  • Ras/etnis
    Orang berkulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat dibandingkan orang berkulit putih.
  • Riwayat keluarga
    Jika ayah atau saudara laki-laki Anda menderita kanker prostat, maka risiko Anda akan meningkat lebih dari dua kali lipat. Risiko akan semakin tinggi jika Anda memiliki kerabat yang terdiagnosa kanker prostat di bawah 65 tahun.
  • Diet
    Diet tinggi lemak dan obesitas (kegemukan) akan meningkatkan risiko kanker prostat. Teorinya, lemak akan meningkatkan produksi hormon testosteron yang akan membantu perkembangan sel kanker prostat.

Pentingnya Deteksi Dini

Oleh karena penyebab kanker prostat belum diketahui secara jelas, pencegahan terhadap kanker prostat saat ini belum sepenuhnya dapat dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan deteksi dini kanker prostat sehingga akibat yang fatal dapat dihindari.

American Cancer Society menyarankan pemeriksaan kanker prostat setiap tahun bagi pria di atas usia 50 tahun, pria yang paling sedikit masih mempunyai harapan hidup sekurang-kurangnya 10 tahun, dan pria muda yang memiliki risiko tinggi kanker prostat. Jika Anda berkulit hitam dan memiliki riwayat keluarga dengan kanker prostat, maka Anda dapat mulai melakukan pemeriksaan saat usia 45 tahun.

Pemeriksaan tahunan dapat mendeteksi kanker prostat secara dini, sehingga lebih mudah untuk melakukan pengobatan. Jika ditemukan lebih dini, kanker prostat dapat sembuh. Di sinilah pentingnya deteksi dini kanker prostat. Pemeriksaan ini mencakup pemeriksaan colok dubur dan tes PSA.
  • Pemeriksaan colok dubur (Digital Rectal Examination/DRE)
    Dengan menggunakan sarung tangan, dan jari yang diberi pelumas, dokter akan memeriksa prostat anda, apakah membesar dan ada benjolan. Prosedur pemeriksaan colok dubur ini mungkin menimbulkan rasa tidak enak sedikit, namun ini merupakan pemeriksaan yang cepat dan mudah.
  • Tes PSA (Prostate-Specific Antigen/antigen khusus prostat)
    Tes darah ini bertujuan untuk mengukur kadar protein yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat. Bila kadarnya tinggi mengindikasikan kanker prostat. Namun peningkatan kadar PSA kadang juga dapat disebabkan oleh pembesaran prostat, infeksi atau peradangan prostat.
Jika nilai tes PSA anda tinggi, maka dokter akan menyarankan melakukan biopsi prostat untuk mengetahui apakah Anda benar menderita kanker prostat. Biopsi prostat dilakukan untuk mendapatkan sampel jaringan prostat yang kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk mendeteksi ada tidaknya sel kanker. Pemeriksaan ultrasonik (transrectal ultrasound) merupakan cara lain untuk mendeteksi kanker prostat.


Terapi yang Dapat Dipilih

Ada beberapa pilihan terapi kanker prostat. Pada beberapa pria, kombinasi terapi, misalnya pembedahan diikuti dengan radiasi atau radiasi dikombinasikan dengan terapi hormon, memberikan hasil yang baik. Terapi terbaik untuk tiap pria penderita kanker prostat dapat saja berbeda, tergantung dari seberapa cepat kanker menyebar, usia, dan harapan hidup. Di samping itu, keunggulan dan potensi efek samping terapi perlu juga dipertimbangkan.

Pilihan terapi penanganan kanker prostat diantaranya:
  • Watchful waiting
    Diperlukan tes PSA, pemeriksaan colok dubur, dan biopsi prostat rutin untuk memonitor perkembangan kanker prostat. Selama dilakukan watchful waiting, tidak diberikan terapi medis apapun. Watchful waiting merupakan pilihan jika kanker Anda tidak memperlihatkan gejala, diharapkan berkembang dengan sangat lambat, kanker berukuran kecil dan hanya terdapat di satu area prostat.
  • Radiasi
    Dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Kekurangannya, terapi ini dapat juga mempengaruhi jaringan sehat yang lain.
  • Terapi hormonal
    Terapi hormon dimaksudkan untuk mencegah tubuh memproduksi hormon seks pria, yakni testosteron yang dapat menstimulasi perkembangan sel kanker prostat. Terapi hormonal banyak digunakan pada kanker prostat stadium lanjut untuk memperkecil ukuran kanker dan memperlambat perkembangan kanker.
  • Pengangkatan kelenjar prostat
    Pengangkatan kelenjar prostat melalui pembedahan (prostatektomi radikal) dilakukan untuk kanker yang masih terbatas pada kelenjar prostat saja.
  • Kemoterapi
    Kemoterapi menggunakan bahan kimia untuk mencegah perkembangan sel-sel kanker. Kemoterapi digunakan pada kasus kanker prostat yang telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Bagi pria yang telah dijatuhi vonis kanker prosat, ini merupakan hal yang menakutkan. Kanker prostat tidak hanya akan mempengaruhi kualitas hidup mereka, namun juga karena terapi yang dilakukan dapat mengakibatkan efek samping seperti masalah kontrol berkemih (mengompol) dan yang paling menakutkan pria adalah disfungsi ereksi (impotensi).

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko Anda terkena kanker prostat, diantaranya:
  • Kurangi konsumsi lemak
    Diet tinggi lemak diketahui terkait dengan kanker prostat. Jadi, batasi konsumsi lemak anda dan mulailah perbanyak konsumsi buah, sayur, dan serat yang dapat membantu menurunkan risiko kanker prostat.
  • Berolahraga dengan teratur
    Secara umum, berolah raga dengan teratur dapat menurunkan risiko terkena kanker, termasuk kanker prostat. Olah raga terbukti memperkuat sistem daya tahan tubuh, memperbaiki sirkulasi darah, dan mencegah obesitas.